Kamis, 27 Juni 2013

Perbatasan Indonesia : Tanggung Jawab Siapa?


Materi selanjutnya di hari kedua Program Kepemimpinan LPDP Batch 2 adalah menyaksikan film BATAS karya Marcella Zaliyanti http://www.youtube.com/watch?v=Vh-GjFvHefw.

Film ini mengkisahkan Jaleswari seorang karyawan perusahaan yang bertugas menangani CSR http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_social_responsibility.

Program CSR di Kalimantan tidak dapat berjalan lancar karena setiap guru yang dikirim tidak pernah bertahan lama, selalu kembali. Jaleswari yang sedang dalam kondisi berduka karena suaminya meninggal sementara dirinya dalam kondisi hamil muda, ditugaskan oleh atasannya untuk mengatasi masalah tersebut. Berangkatlah Jaleswari ke Kalimantan untuk mencari akar permasalahan dari katidakberhasilan program CSR tersebut.

Film yang mengambil lokasi di wilayah terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut menggambarkan dengan jelas sulitnya akses masuk ke daerah tersebut. Tidak adanya guru, menjadi penghambat anak-anak di daerah tersebut untuk bersekolah. Jaleswari yang datang untuk mencari akar permasalahan berubah menjadi guru bagi anak-anak di daerah tersebut karena tidak tega dengan permintaan Borneo.

Borneo adalah cucu dari Panglima di daerah itu. Ibu Borneo meninggal ketika melahirkannya dan dia tidak memiliki ayah, karena ibu Borneo pulang ke daerah tersebut dalam kondisi hamil setelah merantau ke seberang perbatasan. Film ini juga dibumbui dengan fenomena human trafficking, khususnya perempuan, yang memang terjadi di daerah tersebut. http://www.cityvision.edu/wiki/human-trafficking-definition-prevalence-and-causes

Setelah film usai ditayangkan, dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Marcella -sebagai sutradara, produser dan pemain-, dan Om Piet Pagau  –sebagai pemeran panglima yang memang asli putra dayak. Bapak Muhammad Mahdum, selaku salah satu direksi LPDP menyampaikan bahwa LPDP memilih film sebagai media untuk menyampaikan pesan dan sarana edukasi. Film BATAS dipilih sebagai sarana menanamkan nasionalisme bagi calon penerima beasiswa.

Diskusi menjadi seru ketika beberapa calon penerima beasiswa yang merupakan putra Dayak dan juga Om Piet menegaskan bahwa apa yang terjadi di film BATAS merupakan kondisi riil yang terjadi di daerah perbatasan Indonesia. Marcella menambahkan bahwa ide pembuatan film fiksi ini muncul ketika dirinya diminta menjadi salah satu pembicara dalam seminar masalah perempuan di perbatasan yang diselenggarakan di Kalimantan Barat. Selepas acara, Marcella pergi ke perbatasan dan melihat secara langsung kondisi masyarakat di daerah tersebut yang kesulitan transportasi, tertinggal dalam bidang pendidikan dan terjadinya perdagangan perempuan. Kondisi tersebut mendorong dirinya menuangkan ke dalam film yang kemudian berjudul BATAS. Lalu, siapakah yang bertanggung jawab ketika sebagian anak-anak negeri tidak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai?

Referensi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar