Materi selanjutnya di
hari kedua Program Kepemimpinan LPDP Batch 2 adalah menyaksikan film BATAS
karya Marcella Zaliyanti http://www.youtube.com/watch?v=Vh-GjFvHefw.
Film ini mengkisahkan
Jaleswari seorang karyawan perusahaan yang bertugas menangani CSR http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_social_responsibility.
Program CSR di
Kalimantan tidak dapat berjalan lancar karena setiap guru yang dikirim tidak
pernah bertahan lama, selalu kembali. Jaleswari yang sedang dalam kondisi
berduka karena suaminya meninggal sementara dirinya dalam kondisi hamil muda,
ditugaskan oleh atasannya untuk mengatasi masalah tersebut. Berangkatlah
Jaleswari ke Kalimantan untuk mencari akar permasalahan dari katidakberhasilan
program CSR tersebut.
Film yang mengambil
lokasi di wilayah terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Malaysia
tersebut menggambarkan dengan jelas sulitnya akses masuk ke daerah tersebut.
Tidak adanya guru, menjadi penghambat anak-anak di daerah tersebut untuk
bersekolah. Jaleswari yang datang untuk mencari akar permasalahan berubah
menjadi guru bagi anak-anak di daerah tersebut karena tidak tega dengan
permintaan Borneo.
Borneo adalah cucu dari
Panglima di daerah itu. Ibu Borneo meninggal ketika melahirkannya dan dia tidak
memiliki ayah, karena ibu Borneo pulang ke daerah tersebut dalam kondisi hamil
setelah merantau ke seberang perbatasan. Film ini juga dibumbui dengan fenomena
human trafficking, khususnya
perempuan, yang memang terjadi di daerah tersebut. http://www.cityvision.edu/wiki/human-trafficking-definition-prevalence-and-causes
Setelah film usai
ditayangkan, dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Marcella -sebagai
sutradara, produser dan pemain-, dan Om Piet Pagau –sebagai pemeran panglima yang memang asli
putra dayak. Bapak Muhammad Mahdum, selaku salah satu direksi LPDP menyampaikan
bahwa LPDP memilih film sebagai media untuk menyampaikan pesan dan sarana
edukasi. Film BATAS dipilih sebagai sarana menanamkan nasionalisme bagi calon
penerima beasiswa.
Diskusi menjadi seru
ketika beberapa calon penerima beasiswa yang merupakan putra Dayak dan juga Om
Piet menegaskan bahwa apa yang terjadi di film BATAS merupakan kondisi riil yang
terjadi di daerah perbatasan Indonesia. Marcella menambahkan bahwa ide
pembuatan film fiksi ini muncul ketika dirinya diminta menjadi salah satu
pembicara dalam seminar masalah perempuan di perbatasan yang diselenggarakan di
Kalimantan Barat. Selepas acara, Marcella pergi ke perbatasan dan melihat
secara langsung kondisi masyarakat di daerah tersebut yang kesulitan
transportasi, tertinggal dalam bidang pendidikan dan terjadinya perdagangan
perempuan. Kondisi tersebut mendorong dirinya menuangkan ke dalam film yang
kemudian berjudul BATAS. Lalu, siapakah yang bertanggung jawab ketika sebagian
anak-anak negeri tidak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai?
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar